Selepas Senja Yang Jingga, sebuah cerita tentang kenangan
Selepas Senja Yang Jingga
untukmu yang hanya menatap jingga di kejauhan, lalu buram wajahmu melegakkan hati, membiarkan kisah usang seperti belalang tua dimakan keadaan, mati pada akhirnya.
lalu untuk kisah sepotong apel yang kini tinggal biji karena semua telah kita makan, lalu kita buang jauh, jauh, sejauh-jauhnya seperti pelaut melemparkan sauh yang kini berkarat, menunggu waktu untuk diangkat.
untuk kisah lama kita yang tiada arti, karena semua mimpi hanyalah ampas roti yang dibawa pergi burung camar ke tempat yang tinggi, hilang bersama awan yang dikejauhan, kini tiada lagi, lalu seperti belalang tua tadi, juga ikut mati.
lalu masa depan kita yang tidak terprediksi, tidak pernah kita tatap lagi karena terlalu menakutkan untuk orang semacam kita, seolah mimpi masa depan hanyalah lagu tua yang tiada berarti, habis ditelan senja yang kini berakhir lagi, diufuk barat, senja meninggalkan bumi, lalu cahaya pudar dan
bunga tak lagi bersemi.
selepas senja semua keindahan berakhir, karena senja mengajarkan kita untuk merasakan momen-momen itu sebelum benar-benar pergi, sebelum ada lagi yang pergi maka mari nikmati senja ini lagi, karena entah, mungkin kita akan seperti belalang tua itu, mati dimakan keadaan sebelum memakan nikmatnya dedaunan.
dan senja berakhir di kejauhan, melepaskan rasa yang tak bertuan.
Baca Juga: Sosok Yang Berbicara Tanpa Harus Bersuara
Posting Komentar untuk "Selepas Senja Yang Jingga, sebuah cerita tentang kenangan "