Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengapa Manusia Menyukai Makanan Pedas?

 

Mengapa Manusia Menyukai Makanan Pedas?

Mengapa Manusia Menyukai Makanan Pedas?


Masyarakat Indonesia atau bahkan manusia, pada umumnya suka menyukai makanan-makanan pedas, hal itu dikarenakan setiap kali kita mengkonsumsi makanan pedas, kita memasukkan lagi makanan kedalam mulut kita dan mendorong psikologi otak kita untuk terus makan dan terus makan.

Adanya sensasi ketika kita memakan makanan pedas adalah salah satu dari alasan kenapa kita memakan makanan yang pedas, dan hal itulah yang menjadi ladang bisnis beberapa rumah makan di dunia dan tentunya, Indonesia.

Indonesia pribadi adalah salah satu negara dimana masyarakatnya adalah penyuka makanan pedas yang diakui dunia, menurut RocketChicken sendiri, Indonesia menempati negara penyuka makanan pedas yang ketiga selepas Meksiko di urutan pertama dan India yang berada di posisi kedua.

Bahkan mengutip dari The Guardian, 14 September 2010, Paul Rozin, Psikolog dari University of Pennsylvania pernah berkata bahwa sekitar sepertiga orang di seluruh dunia memakan cabai setiap harinya.

Maka tak ayal kita sering menemukan makanan-makanan yang menjerumus kearah makanan-makanan pedas dan berlomba-lomba untuk menunjukkan eksistensi diri satu sama lain. Padahal, makanan-makanan serupa dalam kategeori berbeda sangat jarang kita temukan untuk melombakan diri mereka untuk menjadi yang ‘paling’ dalam kategeori tersebut, misalnya saja manis, pahit, dan asin. Kita sangat jarang menemukannya, namun pedas, adalah sebuah kata yang sangat diincar oleh para penikmat makanan. Mengapa? Setidaknya ada beberapa faktor yang menciptakan mengapa manusia menyukai makanan pedas.

 

Faktor-Faktor Mengapa Manusia Menyukai Makanan Pedas

 

Tantangan

Manusia memang adalah makhluk yang unik dan suka melukai diri mereka sendiri, hal itu terbukti dengan makanan pedas itu sendiri.

Dilansir dari Kompas, pedas sebenarnya bukanlah rasa ‘pedas’ melainkan adalah sebuah rasa sakit. Sensasi pedas yang dirasakan ketika kita memakan makanan adalah pengaktifan reseptor rasa sakit yang ada pada lidah.

Namun manusia menyukai rasa tersebut, rasa terluka yang ditimbulkan ketika kita memakan makanan yang pedas walau kita tahu akan seperti apa efeknya.

Psikologi manusia seringkali memberikan kita fakta bahwa manusia adalah makhluk yang menyukai hal-hal yang negatif, rasa ingin tahu yang mereka miliki seringkali menjerumuskan mereka kepada pengalaman baru, termasuk merasakan makanan pedas itu sendiri.

Sampai sekarang, pedas menjadi salah satu rasa yang diincar oleh orang-orang karena mereka tertantang untuk terus mengkonsumsinya

 


Sensasi

Berbeda dengan makanan lainnya, makanan pedas memiliki sensasi yang berbeda, otak kita seolah diperintahkan untuk terus makan dan terus melahap makanan yang ada untuk mengobati rasa pedas yang masih ada didalam lidah, namun tentu saja, yang kita makan berikutnya adalah makanan pedas lagi sehingga rasa pedas tersebut bertambah dan menyebabkan kita berada pada lingkaran setan yang sama.

Sensasi yang ditimbulkan cabai juga membuat tubuh kita berkeringat seperti dikejar-kejar beruang, setiap suapan menambah rasa tersebut dan kita seolah ingin berlari dan terus berlari karena adrenalin kita semakin terpacu.

Saat kita memakan makanan yang pedas, kita juga merasakan sensasi ‘terbakar’ pada lidah kita, hal inilah yang membuat Rozin dalam sebuah symposium mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang satu-satunya mencari tahu tentang sesuatu yang dianggap negatif. Terlebih cabai adalah salah satu dari sekian banyak makanan unik yang semestinya tidak dapat dinikmati.

Namun begitu, cabai adalah salah satu bahan makanan yang selalu ada bersama garam, gula, dan yang lainnya, karena sensasi yang diberikan cabai adalah sensasi yang membuat kita ingin berada pada zona bahaya yang tidak ingin kita lepas.

Menurut teori Rozin sendiri, hubungan manusia dan cabai adalah hasil dari “constrained risk” atau situasi dimana manusia merasakan sebuah sensasi ekstrem tanpa harus benar-benar terluka. Dan hal itulah yang menyebabkan cabai tetap digemari walau manusia tahu mereka akan merasa apa, sebab mereka merasakan sensasi itu dan merasa tertantang.

 

Zat Capsaicin

Berbeda dengan hal-hal negatif lainnya seperti kopi, ganja, dan tembakau yang memiliki zat adiktif, cabai tidak memiliki zat adiktif yang dapat membuat orang menginginkan mengkonsumsinya kembali, namun cabai adalah sayuran yang tidak memiliki zat adiktif sama sekali melainkan zat yang menimbulkan rasa pedas, yaitu capscain.

Capscain merupakan sebuah komponen yang menimbulkan rasa pedas, termasuk dari anggota molekul vanilloid yang mengikat reseptor pada lidah yang disebut subtype reseptor vanilloid (VR) 1.

Saat berikatan dengan reseptor VR 1, sensasi yang dihasilkan oleh molekul tersebut adalah sensasi yang sama dengan yang akan diberikan oleh panas. Proses tersebulah yang menjelaskan rasa terbakar yang disebabkan oleh capsaicin.

Ketika cabai menjadi sumber capsaicin, tidak ada kerusakan jaringan pada tubuh manusia yang benar-benar terjadi. Akan tetapi otak ditipu untuk mempercayai bahwa lidah benar-benar terbakar sebab ia berikatan dengan reseptor TRPV1.

 

Percobaan dan Penelitian

 

Pada tahun 1980, Rozin dan Deborah Schiller melaporkan sebuah studi dimana mereka membandingkan preferensi cabai orang meksiko dan Amerika, dan hasilnya? Masyarakat Meksiko pada umumnya memakan cabai beberapa kali dalam sehari sementara orang Amerika memakan cabai beberapa kali seminggu.

Hal itu menunjukkan fakta bahwa orang Meksiko menunjukkan toleransi yang lebih tinggi daripada Amerika terkait rasa sakit yang ditimbulkan cabai. Namun data tersebut hanya memberikan bukti adanya perbedaan yang tidak signifikan secara statistic. Padahal, prediksi lain menyebutkan bahwa toleransi individu akan semakin meningkat dengan intensitas yang lebih banyak seiring bertambahnya usia. Akan tetapi mereka tidak menemukan korelasi antara usia dan tingkat toleransi tersebut.

Frito-Lay juga pernah melakukan percobaan pada akhir tahun 1970-an. Ia memasarkan sebuah merek keripik jagung di Meksiko yang memiliki cabai tanpa capsaicin. Dan produknya tersebut itupun gagal di pasaran. Hal yang sama terjadi dengan paprika yang diberi rasa lada tanpa capscain, tidak adanya zat tersebut membuat produk cenderung tidak laku.

 

Kesimpulan:

Manusia adalah makhluk yang unik dimana kita menyukai hal-hal yang negatif dan sensasi untuk merasakan hal yang pernah kita alami. Dalam mengkonsumsi makanan pedas umumnya, kita menyukai makanan tersebut karena zat capscain yang membuat lidah kita terasa terbakar padahal itu hanyalah tipuan yang dibuat otak untuk kita.

Adanya makanan pedas telah menjadikan kita berlomba-lomba dalam menentukan makanan mana yang lebih pedas disaat makanan dalam kategeori lain tidak melakukannya. Kita jarang menemukan makanan yang menunjukkan dirinya sebagai makanan yang ‘paling manis’ atau ‘paling asin’ namun kita sering menemukan makanan menunjukkan diri mereka sebagai yang paling pedas dan bisa kita temukan dimana-mana. 

Apa alasanmu menyukai makanan pedas?

 

Referensi:



 

 

 

Posting Komentar untuk "Mengapa Manusia Menyukai Makanan Pedas?"