Sebenarnya Kamu Ini Siapa?
Sebenarnya Kamu Ini Siapa?
Pixabay |
Kamu sebenarnya siapa? Kamu bukan siapa-siapaku, dan aku juga bukan siapa-siapanya kamu. Namun anehnya kepergianmu sanggup merongrong kesehatan jiwa dan raga. Dan anehnya pula aku merasa kehilangan.
Mungkin dalam rentang waktu yang lama kita pernah bersama, namun kini engkau dan aku memiliki tujuan yang berbeda, kau masih memiliki harapan, sementara aku? tidak. Kau masih memiliki orang untuk kamu tunggu, sementara aku? tidak. Kau bahkan masih bisa pulang kemanapun kamu mau, sementara aku, aku bahkan terkadang tidak pernah merasakan rumah.
Lagipula, bukankah kita sudah jauh berbeda satu sama lain? Aku yang lelah melihat kenyataanku, kau juga yang lelah dengan kehidupanmu yang terus begitu. Namun yang membuat aku bangga, kendati impian kita pernah hancur, kau mau membangunnya lagi, menciptakan hal yang lebih baru, hal yang lebih berarti dan bermakna.
Aku memang sudah tidak bisa lagi memaknai dirimu dengan baik, akan tetapi setidaknya aku bangga pernah memiliki dirimu, kendati garis itu hanya kita sebut sebagai pertemanan. Dan kini kau dan aku sepertinya akan menghapus garis itu, kemudian saling menjauhi, menghilang, dan yang paling buruk, tidak akan pernah lagi saling mengabari.
Sebab mungkin pada akhirnya aku dan kamu tidak akan lagi seindah dulu, juga tidak seperti yang kita ekspektasikan. Jarak yang semakin terbentang dan fakta-fakta antara kita akan membuat kita menjadi manusia dengan sejuta kenangan, kita akan mengembara dibawah matahari yang sama, namun tidak akan pernah lagi seirama.
Jika memang begitu, aku berharap dirimu bisa mengembara diatas Bumi ini dan menemukan tempat-tempat terindah yang pernah aku doakan untukmu. Sebab sedari dulu kau adalah seekor kupu-kupu cantik yang bisa hinggap di bunga manapun, kau akan menemukan tempat-tempat terindah, sebab engkau adalah keindahan itu sendiri.
Sementara aku, biarkan aku menjadi manusia penantang maut. Biarkan aku mendaki tebing-tebing terjal, menjejaki kakiku pada hutan-hutan paling sunyi di dunia ini, biarkan aku memiliki kemampuan untuk menciptakan parasut agar aku bisa terjung dengan bangga kedalam lembah-lembah yang suram.
Kau mendambakan keindahan, pasti akan diberikan Tuhan hal-hal yang indah, entah seorang pria berwajah dan berkelakuan malaikat (walau aku juga percaya bahwa kaulah malaikat itu sendiri) atau mungkin kenangan terindah yang akan membuatmu tersenyum dikala maut membuatmu menutup mata.
Sementara aku yang selalu mencari mati, pasti akan diberikan tantangan baru, hal-hal baru yang akan mendekatkan aku kepada kematian. Semoga saja tidak ada doa yang menghalangi aku untuk mati, sebab aku percaya bahwasanya malaikat kematian saat ini pun sedang menulis cara paling buruk agar aku mati.
Sebenarnya semenjak luka dan lebam yang terus menerus memeluk jantungku, seringkali aku bertanya kepada diriku sendiri sebenarnya kamu itu siapa, juga terkadang bertanya hal yang sama pada Tuhan, namun Tuhan hanya memberikan aku waktu yang terus berdetak, dan dengan jiwa yang rapuh, aku hanya bisa menunggu.
Pada akhirnya aku hanya bisa menerka-nerka tentangmu, kenapa perempuan sepertimu dapat membuatku sejatuh ini? Dan tentunya esensi diri kamu yang sebenarnya siapa. Aku menyadari bahwa mungkin waktu ini akan terlalu lama untuk menunggu, namun jika untuk mendapakan jawaban itu, aku siap untuk menunggu.
Maka dari itu, inilah pesanku. Jaga dirimu baik-baik, aku tahu bahwa tulisan ini tidak akan pernah sampai kepadamu, kau mungkin juga tidak akan sudi membaca cerita-cerita di blog ini. Jadilah bunga itu sendiri, kalau kau tidak mau, jadilah lebah. Menjadikan dirimu lebih baik terlebih dahulu akan membuatmu dituntun oleh alam semesta pada hal-hal yang baik. Jangan lupa makan, jangan lupa minum, jika suatu saat nanti aku masih diberikan hidup untuk menemuimu, aku mungkin akan diam untuk sementara waktu, bercerita sejenak tentang hidup yang telah kita jalani, sebelum waktu akan kembali membuat kita saling menjauhi.
Sebenarnya aku tidak tahu aku harus berkata apa untuk mengakhiri prosa ini, jadi baiklah, sekali lagi biarkan aku berdoa untukmu.
Semoga kamu mendapatkan yang terbaik, sebab kamu memang pantas untuk mendapatkannya. Terima kasih untuk untuk jutaan menit yang engkau habiskan denganku, itu begitu berarti, aku masih bisa mengenang bagaimana kehidupanku yang penuh kelabu tiba-tiba menjadi pelangi semenjak kedatangamu. Aku merasakan banyak hal tentang rasa, tentang kehidupan, dan kau mengajariku dengan baik mengenai hal-hal itu.
Namun mungkin, inilah kita, kita tidak bisa saling memahami satu sama lain karena kita berdua telah melangkah pada jalan yang salah. Kendati demikian, aku berharap Tuhan masih memberikan kita waktu untuk menyatu kembali, saling bertukar cerita dan berbicara mengenai hidup dan mati.
Berbicara denganmu begitu menyenangkan, aku merasakan diriku bebas, kau mengajarkan aku untuk terbang tanpa harus memiliki sayap. Kau mengajarkan aku untuk memeluk ragamu tanpa harus menyentuh. Kau telah mengajariku tentang banyak hal di dunia ini, hal yang tidak akan pernah aku temukan pada buku-buku yang aku baca.
Sekali lagi, terima kasih, semua itu begitu berarti dan aku tidak akan pernah bisa menggantikannya. Untuk saat ini aku hanya bisa memelukmu melalui doaku, dan aku rasa, aku tidak tahu harus berdoa apa, jadi…apakah aku boleh berdoa kembali? Baik, kali ini aku akan berdoa, tidak panjang agar kamu tidak perlu membaca catatan panjang ini.
Tuhan, pertemukanlah dia dengan orang yang terbaik di Bumi, orang terbaik yang akan terus menjaganya, memeluknya erat agar dia hangat, agar tiada satupun angin dingin yang berani mengusik dirinya. Tuhan, maafkan aku yang begitu lancang untuk masuk kedalam kehidupannya dan membuat ia rusak, aku tidak tahu apakah dia adalah hadiah untukku waktu itu atau bukan, tapi merasakan dia terus bersedih dan terkadang menangis, aku tidak mau hal itu terjadi.
Tuhan, tanganku terlalu pendek untuk menghapus air matanya, kumohon biarkan doaku ini yang memberikannya ketenangan di hatinya, dan kumohon untuk menghapus air matanya dikala ia terus menangis. Aku mempercayai bahwa diri-Mu akan memeluk kami dikala kami jatuh, dan maka dari itu, bolehkah aku minta diri-Mu untuk memeluknya selamanya? Agar ia tidak perlu takut akan dunia, tidak perlu takut lagi akan hari esok yang belum diketahuinya.
Tuhan, terima kasih untuk detik-detik yang kau berikan untukku dan dengannya, kendati saat ini aku tidak pernah tahu bahwa dia sebenarnya siapa, namun aku yakin bahwa kau akan memberikan aku waktu yang cukup lama sampai jawaban itu dapat aku maknai dengan baik.
Dan untuk kamu, kumohon, jaga dirimu baik-baik, jangan biarkan lelaki mudah masuk kedalam kehidupanmu, aku takut kamu kenapa-napa. Dan ingat, tetap bahagia apapun yang terjadi, bersedih boleh tapi jangan terlalu lama, makan secukupnya, istirahat kalau kamu merasa terlalu lelah, dan manfaatkan waktumu dengan baik, kamu terlalu berharga untuk disia-siakan.
Yang terakhir…terima kasih untuk semuanya, untuk waktu yang kau beri dan membuat aku menjadi lebih manusiawi. Untuk semua itu, aku ucapkan terima kasih sebanyak banyaknya.
Sampai jumpa, kupu-kupu.
Dari Kumbang penikmat pahit, 09 Oktober 2021
Posting Komentar untuk " Sebenarnya Kamu Ini Siapa?"