Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

TikTok, Rasisme, dan Kemanusiaan Yang Semakin Mati

 

TikTok, Rasisme, dan Kemanusiaan Yang Semakin Mati

Pada era modern ini hampir tidak ada yang tidak mengenal aplikasi bernama TikTok. Kemunculannya seolah menjadi anugerah untuk sebagian orang karena dianggap mampu mengatasi masalah-masalah kehidupan dengan konten-kontennya yang menarik.

TikTok seperti yang kita ketahui hampir digunakan oleh seluruh orang di berbagai benua. Amerika, Indonesia, Jepang, sampai asal muasalnya, China. Semua menggunakan aplikasi ini dan menjadikannya aktivitas harian. Bahkan bagi beberapa orang, TikTok digunakan sebagai ajang mencari popularitas dan sumber mata pencaharian bagi sebagian orang.

Meledaknya TikTok menjadi sebuah polemik di masa ini. Memang hal ini tidak bisa dipungkiri karena TikTok juga lahir dari kemajuan tekhnologi yang tidak bisa terbendung. Akan tetapi, berkembangnya TikTok yang melebihi perkembangan media massa lainnya telah menjadikannya monster mengerikan yang mampu membunuh kemanusiaan.

TikTok, Rasisme, dan Kemanusiaan Yang Semakin Mati
Ilustrasi Rasisme (Gambar dari Pixabay)


Algoritma yang dapat kita lihat di masa-masa ini telah menjadikan manusia menjadi semakin tidak manusiawi. Tidak hanya di media massa, melainkan juga di dunia maya. Kita bisa melihat dengan jelas berapa orang yang menggunakan kata baperan untuk melindungi diri dari kesalahan yang mereka perbuat. Dalam dunia TikTok. Kata ‘Dark Jokes’ menjadi salah satu perisai yang membuat mereka bersembunyi dibalik kesalahan yang mereka ciptakan sendiri.

Selintas hal ini memang terlihat sepele. Namun bila hal ini terus dibiarkan, maka masa depan kemanusiaan hanya akan menjadi angan-angan karena kata-kata inilah yang akan semakin mengikis kemanusiaan.

Kita juga tentu tidak akan lupa dengan kasus rasisme yang semakin marak terjadi. Adanya kejadian 11 September dan Corona telah menjadikan pihak tertentu menjelma menjadi manusia yang dikambinghitamkan. Di Amerika sendiri, mulai merebak kasus rasisme yang berbasis Anti-Asia yang diduga dimulai semenjak adanya virus Corona yang menghantam Amerika Serikat.

Bahkan organisasi yang melacak insiden kebenican dan diskriminasi terhadap orang Asia-Amerika dan Kepulauan Pasifik (Stop AAPI HATE), memberikan data bahwa setidaknya ada 500 kasus dalam dua bulan pertama tahun ini yang melibatkan rasisme. Jika dilihat dalam kurun setahun terakhir, keluhan yang didapat mencapai 3.795 keluhan.

“Mayoritas laporan mencatat 68% merupakan pelecehan verbal. Sementara 11% melibatkan serangan fisik”

Baca Juga:  Konspirasi Adalah Suatu Persekongkolan, Benarkah Demikian?

Dapatkah Hal Ini Dihentikan?

 

Nyatanya, masalah terkikisnya kemanusiaan ini tidak bisa dihentikan. Hal itu dikarenakan manusia semakin lama akan semakin egois karena kebutuhan manusia sudah tidak lagi seimbang. Hal itu tentu akan berimbas kembali kepada ekosistem manusia yang membutuhkan hal-hal urgen untuk hidup, seperti tempat tinggal dan makanan.

Kita dapat melihat dengan mata kepala kita sendiri bagaimana hutan-hutan ditebang demi tempat tinggal baru umat manusia yang suatu saat nanti akan berimbas kepada umat manusia sendiri. Kita juga dapat melihat bagaimana kapitalisme telah menyatu dengan jiwa kita sehingga keegoisan tersebut dapat kita lihat di layar kaca.

Dari hal ini, kita bisa mendapatkan kesimpulan bahwa kemanusiaan bergerak menuju jalur kepunahan. Dan sayang, hal itu sangat sulit untuk dihentikan.

Namun kendati demikian, bukan berarti kita akan diam saja melihat kemanusiaan yang ada semakin terkikis kian waktu tanpa melakukan apapun. Kita tidak bisa diam saja melihat kenyataan pahit itu terus menari-nari didepan mata kita. Kita harus bangkit dan melawan semua hal-hal menyimpang yang terjadi.

Jika kita menganalisa sejenak, kita dapat melakukan beberapa hal untuk melawan rasisme dan diskriminisasi yang terjadi.

Solusi Untuk Melawan Rasisme Antara Lain:

1.      Mengkampanyekan Anti-Rasisme



Rasisme telah bisa kita temukan dimana-mana dan menyebar lebih cepat daripada pandemi Covid-19 yang sedang terjadi. Rasisme terjadi karena beberapa hal, diantaranya adalah egoisme dan kebencian.

Adapun cara untuk menghentikan rasisme tersendiri adalah dengan menyadarkan mereka bahwa faktanya, rasisme tidak akan membawa kita kemana-mana, melainkan akan membunuh kemanusiaan yang kita miliki dan menghilangkan rasa cinta antarsesama manusia.

Ketidaksadaran inilah yang menyebabkan kita pada akhirnya tetap saling membenci dan saling melukai. Dan sudah sepantasnya kita mulai mengkampanyekan rasisme di media sosial dan realita. Setidaknya, dengan tidak melakukan cyberbullying terhadap apa yang tidak kita sukai.

 

2.      Pemerintah dan Pengaruhnya

Kita tidak bisa memungkiri bahwa yang memegan kendali atas media masa adalah para pejabat negara. Hal itu disebabkan karena media massa termasuk alat propaganda yang dimiliki pemerintah.

Adanya dorongan dari pemerintah untuk membuat kebijakan dan tidak memberitakan hal-hal yang dapat menimbulkan rasisme adalah cara yang bijak untuk membuat laju matinya kemanusiaan bisa ditekan.

Adanya polisi media massa juga membantu, asalkan polisi media massa ini tidak menggunakan kemampuannya menuju ranah yang negatif dan malah menyebabkan teror terhadap masyarakat.

 

3.      Society dan Kehidupan Mereka

Hal yang paling menjadi acuan adalah bagaimana masyarakat bisa tersadarkan dari semua hal ini.

Masyarakatlah yang paling mampu merubah segalanya karena lebih banyak hal-hal besar dimulai di dunia ini yang dimulai dari hal-hal yang kecil.

Kesadaran masyarakat sekecil apapun sangat berarti karena bisa mengefek ke masyarakat lainnya. Masyarakat jugalah yang menggunakan media massa dan menjadi provokator dalam melawan anti rasisme yang terjadi.

Juga, fakta mengatakan bahwa pengguna TikTok, Facebook, dan Instagram, adalah masyarakat. Jika semua aspek dapat menyentuh kesadaran bahwa rasisme adalah titik kehancuran suatu bangsa, maka tentunya degenerasi kemanusiaan bisa ditekan sedemikian rupa.

 

Society dan Kemanusiaan Yang Semakin Mati
Ilustrasi Society (Image by Gerd Altmann/Pixabay)

4.      Anti-Rasism Championship

Untuk menekan rasisme yang terjadi juga bisa dengan melombakan hal-hal yang bertemakan ‘melawan rasisme’ dan memberikan hadiah bagi para pemenang.

Hal ini cukup manjur karena uang selalu mampu menyentuh manusia kalangan menengah kebawah. Bahkan jika kita melihat algoritma yang pernah terjadi di media sosial. Bermunculan tagar-tagar challenge yang menjadikan suatu hal menjadi seru.

Adanya Perlombaan dan perayaan tentang Anti-Rasism tentu akan memberikan efek yang positif terhadap masyarakat dan mampu menekan tingkat rasisme yang terjadi.


Baca Juga: Konspirasi Animasi Doraemon, Benarkah Nobita Menderita Schizophrenia dan Doraemon Hanyalah Khayalan Nobita?

5.      Pengaruh Influencer

Influencer menjadi salah satu benteng yang dapat membuat masyarakat patuh karena masyarakat sejatinya memiliki idola yang mereka cintai.

Penggemar BTS misalnya, mereka menjadi seorang fandom yang fanatik terhadap grup band yang berasal dari Korea tersebut. Bahkan grup musik tersebut ada yang sampai dituhankan.

Hal ini memberikan fakta bahwa influencer memiliki pengaruh yang kuat untuk menggerakkan masyarakat. Terlebih adanya kolaborasi pemerintah dengan influencer maka tentu saja akan menciptakan penekanan terhadap punahnya kemanusiaan yang sedang terjadi sampai saat ini.

Hal diatas adalah beberapa hal yang mampu membuat kita menahan agar kemanusiaan yang kita miliki tidak tumbang. Kita bisa menahan degeneralisasi yang terjadi dengan melakukan hal-hal tersebut diatas. Namun tentu saja, semua aspek haruslah ikut andil dalam melakukan kampanye dan segalanya agar semua bisa terjadi secara efektif tanpa ada halangan yang berarti.

 

Kesimpulan:

Berkembangnya TikTok bagi sebagian oranga dalah anugerah. Akan tetapi kita tidak bisa memungkiri bahwa TikTok membawa dampak buruk untuk umat manusia, diantaranya adalah rasisme, diskriminasi, yang pada akhirnya membawa kemanusiaan kita menuju kepunahan.

Maka dari itu, sudah sepantasnya kita melawan rasisme yang terjadi dengan turut andil mengkampanyekan Anti-Rasism di media sosial dan ikut menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari.

Punahnya kemanusiaan mungkin tidak bisa kita hentikan, akan tetapi dengan adanya usaha dari segala aspek pemerintah, influencer dan masyarakat. Tentunya degenerasi kemanusiaan bisa kita cegah demi menciptakan kehidupan yang lebih baik lagi.

 

Referensi:

Stop AAPI HATE

BNPB, TikTokers, Kalian Pahlawan Kemanusiaan

Aceh Institute, Matinya Kemanusiaan

 

 

 

Posting Komentar untuk "TikTok, Rasisme, dan Kemanusiaan Yang Semakin Mati"