Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jika Kita Tidak Menyiapkan Diri, Suatu Saat Nanti Kita Akan Menjadi Seperti Nyamuk

 

Jika Kita Tidak Menyiapkan Diri, Suatu Saat Nanti Kita Akan Menjadi Seperti Nyamuk

Nyamuk adalah hewan yang mengesalkan bukan? Mereka terbang diantara kita dengan suara helikopter dan melintas secepat Valentino Rossi di jalur bypass. Serangga dengan moncong jarum suntik ini tak disangka pernah membawa wabah mematikan pada zaman dahulu yang kerap disebut sebagai DBD atau Demam Berdarah Dengue.

Nyamuk sebagai makhluk hidup hanya memikirkan tentang mencari makan, menikah, dan berkembang biak, hal itulah yang menyebabkan banyak nyamuk disekitar kita karena perkembang biakannya secepat tumbuhan kangkung di sawah-sawah.

Apalagi pada musim hujan, beuh, jangan pernah remehkan berapa jumlah nyamuk yang akan menyerang kita sebab mereka dapat bersembunyi pada tempat terlembab, bahkan baju yang kita gantung dibelakang pintu.

Berbicara tentang nyamuk, pernahkah kita berpikir? Seyogyanya nyamuk adalah makhluk yang paling pemberani diantara hewan lainnya karena selalu berani mengincar lawan yang lebih besar darinya. Ia seolah diciptakan untuk menjadi pencuri, terbang pada malam-malam yang sepi, melintas melalui ventilasi, kemudian menancapkan moncongnya pada kulit kita.

Motivasi Dari Nyamuk
Nyamuk/Pixabay

Mereka seolah tidak memiliki rasa takut, entah diantara mereka harus mempertahankan ego mereka atau mati kelaparan sehingga mereka terpaksa membuka kesempatan untuk mencari makan pada darah manusia, dengan konsekuensi utama, yaitu mati.

Bagi saya sendiri nyamuk adalah gambaran dari kehidupan yang sedang kita jalani. Kita mempertahankan ego dan gengsi sampai lupa dua hal tersebut tidak akan membawa kita kemana-mana, sehingga pada akhirnya, kita tidak ubahnya seperti nyamuk yang akan terbang dimalam hari, mencuri kesempatan dan tidak akan peduli lagi akan namanya ‘mati’.

Nyamuk dalam pandangan saya pribadi adalah kehidupan manusia yang kita rasakan, mereka hidup pada tempat-tempat terkumuh dan tempat-tempat tergelap seolah terdiskriminasi dari kehidupan sosial. Namun pada tempat-tempat kumuh dan gelap tersebut, mereka terus berkembang biak, semakin banyak, dan pada akhirnya menyerang pada malam-malam yang dingin demi sesuap darah.

Kita tentunya seringkali melihat manusia dengan pola hidup seperti ini, mereka yang tidak memiliki cadangan rencana yang dijalani sehingga hanya terus hidup pada gelap-gelapnya kehidupan, lalu pada malamnya, mereka keluar dari persembunyian untuk mencari makan dengan merampas milik orang lain.

Orang-orang semacam ini biasanya hidup atau terlahir pada tempat-tempat kumuh, mereka tinggal disana dan tetap pada pendiriannya, mungkin mereka tidak ubahnya seperti metafora pohon bambu yang akan tetap diam pada kebengkokannya, mereka lahir dengan stigma masyarakat yang memandang mereka dengan pandangan yang rendah, sampai suatu masa, mereka membalas dengan melakukan rutinitas mereka: keluar pada malam hari, menantang maut, dan terkadang berakhir dengan satu kata, yaitu mati.

Percaya atau tidak, saya dan anda akan menjadi nyamuk pada akhirnya jika tidak menyiapkan kehidupan di esok hari, kita akan menjadi nyamuk yang ambisius dan tidak memikirkan kematian karena kita tidak memiliki apapun lagi untuk dimakan, sampai suatu titik kita akan mempertahankan egoisme kita dan tidak memandang kehidupan orang lainnya. Kita ingin menang sendiri, berpikir bahwa kita juga berhak untuk hidup atas nama keegoisan kita.

Pada suatu masa, jika kita tidak memiliki rencana yang matang untuk kehidupan esok, maka kita harus siap-siap menjadi nyamuk tersebut, hidup pada tempat-tempat yang kumuh dan gelap, menanti matahari terbenam kemudian terbang sembari mencuri-curi kesempatan, mencari peluang pada gelapnya malam dengan mempercayai bahwa kebutuhan hari ini akan terpenuhi, namun sayang, sebuah tangan panjang yang cepat melintas membelah udara, menghantam tubuh kita yang kurus dan kecil hingga darah terciprat kemana-mana. Tidak ada lagi rasa akan dunia, sebab saat itu, kita telah mati oleh hantaman manusia-manusia yang membawa balok-balok kayu, membuat tubuh kita lunglai sehingga kita hanya mengetahui satu hal, yaitu kita telah mati.

 Baca Juga: Pohon Bambu dan Metafora Kehidupan Manusia

 Baca Juga: Ella Harper si Gadis Unta dan Kebusukan Umat Manusia

Posting Komentar untuk "Jika Kita Tidak Menyiapkan Diri, Suatu Saat Nanti Kita Akan Menjadi Seperti Nyamuk"