Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lubang Pada Tembok

Lubang Pada Tembok

Masa kecil saya adalah masa yang membahagiakan sebab sederhana dan tidak serumit sekarang, dulu kami bisa bermain dengan apa saja seperti kayu, biji tamarin, kertas, batu, dan lain-lain. Masa kecil saya masih belum terdapat game-game online seperti sekarang, jadi jika kita membutuhkan hiburan, kami datang ke rumah yang lain untuk membuat permainan menjadi seru dan ternyata hal itulah yang membuat kami ketika dewasa menjadi lebih kreatif serta dinamis dalam segala keadaan.

Tidak adanya game online semenjak kecil juga membuat kami berhasil membangun sosial antara satu dengan lainnya, hal itu pula yang pada akhirnya membuat kami satu sama lain dapat mengerti dengan baik kondisi hati, serta bagaimana cara menyikapi bila terjadi masalah dalam hubungan pertemanan.

Diantara permainan yang saya sukai adalah membuat panah dari lidi. Benar, permainan ini sangat mudah dibuat, terlebih ada bantalan seperti sterofoam yang dapat dijadikan sasaran bidikan sehingga apa yang kami tembak memiliki arah. Namun jika benda itu memang tidak ada, kami bisa menggunakan pohon pisang sebagai sasaran tembakan kami.

Cara membuatnya sederhana, yang kami perlukan adalah sebuah karet gelang dan lidi. Karet gelang akan kami tautkan antara ibu jari dan jari kelingking, kemudian bagian belakang lidi akan kami buat membentuk huruf V agar bisa dimasukkan gelang tadi, lalu kemudian kami hanya perlu menarik bagian V lidi tadi, mengukur kekuatan dan serta arah angin, lalu lepaskan agar panah tersebut meluncur dari sarangnya serta menuju bantalan yang kami sediakan.

Cerpen Motivasi
Source: Pixabay

Ketika saya semakin dewasa, kakak saya membuat inisiatif lain, yaitu menggunakan kayu untuk membuat crossbow atau sebuah panah tangan. Namun yang ini berbeda karena bentuknya seperti senapan dari kayu yang direkatkan satu dengan lainnya dengan tali dan ban karet. Anak panahnya juga terbuat dari bambu yang keras sehingga tembakannya tidak akan lagi seperti panah biasa yang saya buat, jika akurasi panah saya sekitar 2% maka akurasi senapan panah ini sekitar 85%. Anak panah dari bambu itu kemudian dapat direkatkan dengan kayu sehingga penembak hanya perlu menarik pelatuk yang ada dibelakang, dan ketika pelatuk itu ditekan, maka panah itu akan segera meluncur seperti kilat, menerabas angin sampai ia tepat pada sasaran.

Permainan ini selain melatih fokus juga menyenangkan sebab kami seolah melepaskan emosi yang kami miliki pada anak panah tersebut, dan ketika pelatuknya kami lepas maka seolah perasaan kami juga ikut terbawa pada anak panah tersebut dan sampai ke tujuan yang kami inginkan.

Permainan ini benar-benar menyenangkan, namun semakin saya dewasa, semua berganti modern dan saya rasa hanya segelintir orang yang benar-benar mau memainkan permainan itu lagi. Terlepas itu permainan panah, biji tamarin, gasing, yoyo, atau permainan tradisional lainnya, permainan itu mulai ditinggalkan dan hanya menjadi kenangan.

Sepertinya semakin kita dewasa, semakin bertambahnya ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia semakin memiliki alat untuk melampiaskan emosinya dan menemukan hal yang lebih menyenangkan tanpa harus bersusah payah menciptakannya terlebih dahulu, walau faktanya hal tersebut membuat kita kreatif di masa depan, namun manusia sejatinya menyukai suatu hal yang instan walau yang instan begitu mudah hilang dari ingatan.

Saat saya semakin dewasa, saya juga menemukan bahwa permainan ini memiliki filosofis yang tinggi. Anda mungkin pernah mendengar cerita tentang seorang ayah yang mengajari anaknya tentang amarah, sehingga ketika anaknya marah maka ia akan menancapkan paku pada sebatang kayu, dan ketika ia berhasil memaafkan, maka ia harus mencabut paku itu.

Dan saya menemukan hal yang sama. Panah itu atau senapan itu adalah kita, sementara anak panah adalah apa yang kita lontarkan kepada tujuan, yaitu orang lain. Dan tentunya siapapun di dunia ini pernah melakukan hal yang serupa; melontarkan perasaan mereka pada orang lainnya seperti amarah, kesal, rasa kecewa, cemburu, serta perasaan-perasaan yang lainnya. Dan tentunya kita merasa selepas melepaskan perasaan itu maka hati kita menjadi tenang, tentram dan damai, namun lupa terhadap orang yang kita lempar dengan emosi yang kita miliki.

Sama seperti panah tersebut, ketika ia menancap, apalagi tepat pada sasaran maka tentunya kita merasa begitu senang, teramat senang malah! Namun kita lupa bahwa ketika kita mencabut anak panah itu, akan selalu ada lubang disana, sebuah lubang yang akan terus menganga dan tidak akan pernah bisa ditutupi dengan apapun, bahkan dengan permintaan maaf.

Apa yang kita lontarkan selama ini bagi kita mungkin bukan apa-apa, namun bagi orang lain itu akan terasa sangat menyiksa dan bahkan akan menyebabkan trauma berkepanjangan. Itulah mengapa seharusnya kita menggunakan panah dengan benar-benar ‘fokus’, agar kita berpikir, menerka, serta menganalisa apa yang akan terjadi bila kita melemparkan panah tersebut pada sasaran kita. Dan mestinya kita harus bertanya, apakah cara itu benar? Apakah ia akan menerima dengan baik juga? Bagaimana jika tidak? Bagaimana jika cara kita salah?

Hal-hal semacam ini harus kita pikirkan secara matang agar tidak meninggalkan lubang yang menganga. Dan bila ada cara lain, mestinya cara itu harus dilakukan agar sosialisasi antara sesama bisa tetap terjalin erat dan abadi.

Sejatinya yang berbahaya dari amarah adalah emosi ini bisa menular sebab faktanya banyak sekali karyawan yang dimarahi oleh bossnya, dan sepulang dari kerja, si karyawan memarahi istrinya, istrinya memendam sampai ia menemukan anaknya kemudian memarahi anaknya, anaknya kemudian memarahi adiknya, adiknya kemudian memarahi pembantunya, dan si bibi, bingung karena ia adalah kasta terendah dirumah, akhirnya melampiaskan kepada anaknya, anaknya melampiaskan kepada pacarnya, pacarnya melampiaskan kepada selingkuhannya, selingkuhannya melampiaskan kepada suaminya, suaminya kemudian melampiaskan kepada karyawan, dan begitu seterusnya. 

Amarah hanya akan berhenti bila ada satu orang yang memiliki hati lapang dan luas serta mampu menahan semua emosi yang digelontarkan kepadanya. Namun orang ini agak sulit ditemukan karena ia orangnya arif dan bijaksana, apalagi hatinya seolah seluas samudera yang mampu menahan sampah-sampah dari orang-orang tidak bertanggung jawab. Dan jika anda adalah salah seorang diantaranya, sungguh dunia sedang berbahagia dan pasti akan menjadi lebih baik.

Untuk menghadapi amarah atau emosi yang tidak bisa anda kontrol, anda bisa melakukan beberapa hal untuk mengatasinya. Diantaranya adalah:

  1. Cobalah untuk menarik napas anda ketika anda sedang dalam kondisi emosi yang tidak terkontrol
  2. Anda juga bisa merubah keadaan mood anda dengan mengganti aktivitas anda, misalnya jika anda sedang marah saat berdiri, cobalah untuk duduk. Dan jika anda sedang marah saat duduk, cobalah untuk berdiri
  3. Anda bisa meminum air agar emosi anda bisa anda kontrol, atau membasuh wajah anda menggunakan air. Jika anda muslim, anda bisa langsung mengambil air wudhu
  4. Bertemanlah dengan orang-orang yang sabar, hal itu akan membuat anda memiliki alasan mengapa anda tidak marah serta tahu cara menghadapinya
  5. Anda juga bisa menggambar, menulis, atau bergumul dengan bantal asalkan tidak dengan orang lain sebab orang lain bisa saja terluka dengan apa yang akan anda lontarkan

Setidaknya, hal itulah yang bisa anda lakukan jika anda dalam keadaan penuh emosi dan akan segera meledak, dan bila anda ingin menambahkan, anda bisa menulis di kolom komentar, dan semoga artikel ini bisa membantu anda!

 

Baca Juga: Jika Anda Tetap Miskin, Maka Anda Tidak Akan Berbeda Dengan Nyamuk

Baca Juga: Bambu dan Metafora Permasalahan Umat Manusia

 

Posting Komentar untuk "Lubang Pada Tembok"