Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sebuah Cerita Tentang Tuhan Yang Egois

 Tuhan Itu Egois

Apa Tuhan Itu Egois?

Berbicara tentang Tuhan mungkin nggak akan pernah ada habisnya sebab yang kita bahas adalah ranah infinitif, ranah tanpa batasan yang membuat kita seolah terombang ambing pada suatu galaksi yang dingin.

Kita sebagai manusia pada hakikatnya hanya menerka-nerka kenyataan itu dan seringkali terkejut karena sangkaan kita kerapkali salah. Terkadang ketentuan Tuhan akan muncul dengan cara yang tidak pernah disangka hamba-hambanya, kita kerap menyebutnya dengan satu kata, keajaiban.

Kupikir ada begitu banyak keajaiban yang ada di dunia ini, seperti berlian yang hakikatnya adalah suatu hal yang berasal dari ketidakbergunaan, namun dengan tekanan yang tinggi maka lahirlah sebuah batu berkilau yang tiada terkira harganya.

Namun tentunya seperti yang kita ketahui, manusia adalah keajaiban terindah yang pernah Tuhan ciptakan. Manusia memiliki sifat khuluq atau pencipta, maka ketika kalian menemukan ciptaan-ciptaan indah yang dibuat umat manusia, ketahuilah bahwa ciptaan itu berasal dari suatu hal yang satu dan kita sebut sebagai Tuhan.

Berbicara tentang Tuhan, kita tentunya akan menemukan banyak cara untuk menyebutnya, orang Islam menyebutnya sebagai Allah, Kristen akan menyebutnya sebagai Yesus ataupun Bapa, dan bahkan orang Yunani kuno akan menyebutnya sebagai Zeus. Tuhan ada dalam literatur-literatur dan menjadi cerita yang hidup, beberapa mempercayai bahwa Tuhan memang ada, namun sebagian lainnya mengatakan bahwa Tuhan itu hanyalah imaji manusia.

Namun daripada kita membicarakan eksistensi Tuhan yang faktanya adalah abstrak, kita akan membahas lebih pada sifatnya, dan tentunya tulisan ini ditulis oleh seorang hamba yang banyak dosa namun masih memimpikan bertemu dengan-Nya dengan cara terindah. Dan yang akan kita bahas kali ini adalah, apa Tuhan itu egois?

Bagiku sendiri, Tuhan itu egois, sangat egois.

Aku berkata begini bukan tanpa sebab, melainkan aku menyadari bahwa Tuhan ingin hambanya untuk tidak menduakan-Nya. Kita tentu menyadari bahwa manusia mudah sekali termanipulasi akan dunia, kita tidak bisa fokus maupun khusyu’, perhatian kita kepada-Nya akan selalu terbelenggu oleh hal-hal duniawi sehingga Tuhan pada akhirnya tidak ubahnya kabut buram yang kita anggap sebagai penghalang.

Tuhan semakin lama bukanlah lagi hal yang sakral untuk umat manusia, dan itu bukan tanpa sebab, semakin lama kemilau dunia akan semakin merengkuh umat manusia yang berada ditengah-tengah hutan sekalipun, kita pada akhirnya akan menjadi anai-anai dengan sayap-sayap yang rapuh, kita mengitari kemilau tersebut kendati perlahan-lahan membakar diri kita sendiri dan pada akhirnya, membuat kita jatuh pada tempat-tempat tergelap di Bumi.

Dan aku berpikir, Tuhan egois berlandaskan hal itu. Ia akan tahu bahwa pada akhirnya ekspektasi kita yang terlalu tinggi di Bumi hanya akan membuat kita merasa seperti debu yang terbang alih-alih diterbangkan. Lalu pada suatu masa kita merasa sedang berada pada tempat-tempat tertinggi, kita jatuh, lebam, dan terluka sebegitu parahnya.

Dan dari hal itu pula, keegoisan Tuhan itu ada. Maka jangan salah ketika apa yang kamu ekspektasikan tidak pernah sesuai dengan apa yang kamu inginkan. Jangan pula terkejut ketika orang yang kamu sayang satu persatu beranjak pergi, hilang, dan tidak pernah kembali.

Tuhan mungkin hanya ingin kamu untuk tidak terlalu berekspektasi, atau mungkin bisa saja dia ingin merengkuhmu terlebih dahulu sebelum kau benar-benar hancur. Dan lucunya kendati Tuhan yang menyebabkan semua hal itu terjadi, Tuhan tetap disana, berada pada tempat yang seharusnya dan menunggumu untuk kembali.

Namun sayang, terkadang hamba itu tidak pernah kembali.

Membicarakan keegoisan Tuhan kurasa tidak akan pernah ada habisnya, kita sebagai hamba hanya bisa menerka melalui secuil ilmu yang Tuhan turunkan kepada alam semesta. Dan melalui artikel ini, aku juga menerka keegoisan Tuhan seperti apa dan sejauh apa, dan apakah terkaanku ini benar atau tidaknya, cukup waktu yang menjawabnya dengan cara yang paling indah, dengan cara yang paling baik.

Sampai saat ini pun, kendati kau membaca artikel ini dengan segunung masalah yang menginjak punggungmu atau tidak. Tuhan akan selalu ada untuk menunggumu kembali, dia ingin engkau sekali lagi bersimpuh dan curhat kepada-Nya mengenai masalah yang engkau miliki.

Dan Dia tentunya akan menceritakan tentangmu kepada para malaikat-Nya, tentang bagaimana kebahagiaan yang ia rasakan ketika kamu kembali bersimpuh dan bercerita dengan-Nya. Dan aku berharap kamu kembali, sebab akan selalu ada manusia yang terlalu kecewa dengan ketetapan-Nya sehingga mereka beranjak pergi, jauh, hilang, dan tidak pernah kembali.  

  

Baca Juga : Apa Tuhan Itu Kejam?

Baca Juga : Takutlah Sewajarnya, Takutlah Secukupnya

Posting Komentar untuk "Sebuah Cerita Tentang Tuhan Yang Egois"