Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dari Mark Manson ke Jalaludin Rumi, Seni Bersikap Bodo Amat ke Kitab Fihi Ma Fihi

Dari Mark Manson ke Jalaludin Rumi, Seni Bersikap Bodo Amat ke Kitab Fihi Ma Fihi


Mark Manson dalam bukunya, Seni Untuk Bersikap Bodo Amat pernah mengatakan sekaligus menyadari kita bahwasanya apa yang kita cari selama ini adalah racun untuk kita. Kita mencari suatu hal yang salah, mengatakan bahwasanya kita ingin dipandang baik sampai lupa bahwasanya kita sampai membohongi diri kita sendiri.


Banyak hal yang bisa kita bahas dari buku itu sebenarnya, terlebih hal itu pula ia mengawali bukunya dengan seorang penulis yang jorok, urak-urakan, suka mabuk dan meniduri wanita, namun pada akhirnya sukses menjadi seorang penulis dan seorang puitis. Bukowksi, itulah namanya, seorang penulis yang pada akhirnya di permukaan batu nisannya bertulis ‘Jangan Pernah Berusaha’.


Manusia pada hakikatnya ingin dianggap ada, eksistensinya ingin ada diantara manusia-manusia yang selama ini berkeliaran di Bumi. Mungkin mereka ingin seperti matahari yang selalu dinanti-nanti oleh Bumi, namun alih-alih menjadi matahari, mereka malah menjadi meteor yang menjauhi Bumi, terasing di galaksi yang entah berantah.


Kendati demikian, sebenarnya apa yang dibahas Mark Manson juga telah dibahas Jalaludin Rumi bertahun-tahun silam. Jalaludin Rumi melalui salah satu bukunya, Fihi Ma Fihi berkali-kali menerangkan bahwasanya manusia haruslah melacur bersama Tuhan, menjadi satu dan mabuk tanpa harus meminum sebotol Whiskey.


Mereka yang mampu menyatu dengan Tuhan atau sekasur dengan Tuhan tidak akan lagi memandang dunia yang gemerlapan ini dengan mata yang juling. Mereka akan jatuh pada pelukan kenikmatan tiada tara, mobil Lambhorgini yang konon paling mahal bahkan tidak akan ada apa-apanya di tempat ini, sebab manusia ketika menyatu dengan Tuhannya tidak akan lagi menganggap hal yang duniawi sebagai suatu prestasi.


Mark Manson dan Jalaludin Rumi sebenarnya sama, namun Mark Manson dengan bukunya tersebut ingin kita mengetahui bahwasanya apa yang selama ini kita cari adalah suatu kesalahan, apa yang selama ini kita kejar adalah cikal bakal untuk hancurnya diri kita sendiri. Sementara Jalaludin Rumi lebih menyadarkan manusia siapa diri mereka sebenarnya, manusia tiada ubahnya adalah partikelir mikroskopis dialam semesta, apalagi dibandingkan dengan Tuhan Yang Maha Esa.


Mark Manson dan Jalaludin Rumi ingin menyadarkan manusia, Mark Manson ingin manusia memeluk dirinya sendiri sementara Jalaludin Rumi ingin manusia memeluk Tuhan. Satu jalur, beda arah. Sebagai pembaca sebenarnya lebih mudah menelan buku Seni Untuk Bersikap Bodo Amat dibandingkan Fihi Ma Fihi, karena Seni Untuk Bersikap Bodo Amat bisa dimakan dengan sekali telan, sementara buku Fihi Ma Fihi begitu berat, seolah jatuh kedalam galaksi hampa penuh pemaknaan, seolah otak memang harus dikosongkan terlebih dahulu agar maksud Jalaludin Rumi bisa ditangkap dengan penuh arti.


Saya sendiri sampai saat ini belum selesai membacanya, kadang pada beberapa penjelasan aku kerapkali terbodohi dengan kebijaksanaan Jalaludin Rumi itu sendiri. Garis besar buku itu sebenarnya satu, menyadari manusia dari gemerlapnya dunia yang selaksa samudera. Ingin menyadari manusia bahwasanya mereka sebenarnya sudah menyelami lautan sampah dan menganggap bahwa lautan tersebut adalah lautan yang terbaik.


Jika kita mendalami buku tersebut dan mulai memahami kasih sayang Tuhan, maka kita akan menyadari bahwa segala hal pada hakikatnya adalah kasih sayang-Nya, setiap siksaan, cobaan, yang kita hadapi tidak akan pernah terlepas dari peran Tuhan sebagai pengatur kehidupan.


Membaca kedua buku ini saya rasa akan memiliki andil yang begitu kuat untuk umat manusia, karena bagaimana Mark Manson akan menyentil kita dengan betapa bodo amatnya dia menulis bukunya sendiri, dan bagaimana Jalaludin Rumi yang akan memeluk kita melalui bukunya hingga kita tenggelam pada ranah tasawuf, tempat dimana logika lebih rendah daripada pantat yang manusia miliki.


Kendati saya teramat menyarankan untuk mendalami Fihi Ma Fihi, namun membaca buku Seni Bersikap Bodo Amat lebih baik untuk santapan awal karena lebih ringan dan akan membawa kita pada ranah yang lebih realistis. Buku ini akan menghancurkan ekspektasi kita pada hal-hal yang tidak perlu, dan pada akhirnya akan membawa kita pada satu jalur dimana kita akan mementingkan apa yang semestinya penting untuk kita pentingkan.


Kedua hal ini selain menarik kita menuju alam realitas dan mengenyahkan ekspektasi-ekspektasi bodong tersebut, kita juga dituntun untuk memaknai hidup yang sebenar-benarnya dan membuat kita memandang dunia dengan sudut pandang baru.


Baca Juga : Manusia Yang Ingin Mengenal Tuhan Tanpa Melalui Tuhan

Baca Juga : Ketika Theis Lebih Atheis Daripada Theis Itu Sendiri

Posting Komentar untuk "Dari Mark Manson ke Jalaludin Rumi, Seni Bersikap Bodo Amat ke Kitab Fihi Ma Fihi"