Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sama-Sama Hancur

 Sama-Sama Hancur

Sama-sama hancur


Sebenarnya tidak ada yang harus kulakukan, jika aku ingin mengakhiri semua ini, aku hanya perlu meminta untuk berhenti dan pasti perempuan itu akan memaklumi. Akan tetapi, kita berdua telah melangkah begitu jauh, kita saling memaknai satu sama lain, begitu dekat, begitu erat, hal ini membuat aku takut bila kami sama-sama hancur.

Dan faktanya, kami berdua sebenarnya telah sama-sama hancur.

Dia benar mungkin hubungan kami tidak ubahnya racun yang kita minum, ia tidak langsung bekerja, namun menunggu waktu untuk menghancurkan kami berdua dalam satu kali sepakan. Toxic. Kami lumpuh, tidak mampu bergerak, kemudian mati dengan perlahan.

Sungguh sebenarnya aku tidak dapat memahami wanita dengan baik, yang aku pahami adalah bahwasanya aku mencoba melakukan yang terbaik, namun hasilnya malah memburuk, aku memblokir salah satu teman dekatku karena ia memiliki ancaman untuk menghancurkan kita, namun nyatanya aku sampai lupa bahwasanya hubungan kita telah hancur dari dalam. Dan aku dan kamu, tiada ubahnya seperti bahtera yang mencoba menutupi lubang karena mengabaikannya sedemikian lama, akhirnya kita berdua sama-sama karam, sama-sama tenggelam. 

Capek? Ya, lelah? Iya. Sebab aku mencoba melakukan yang terbaik namun malah menjadikan semuanya menjadi memburuk. Aku cenderung berpikir sebenarnya kita apa, tidak memiliki hubungan, namun begitu erat, sampai-sampai pelukanku telah meremukkan tulang rusukmu.

Pernah ada pikiran untuk mengakhiri apa yang kita mulai, mungkin sebagai laki-laki, ada begitu banyak borok yang aku sembunyikan sampai-sampai kini borok tersebut telah bernanah dan menguarkan aroma busuk yang mematikan. Namun selepas itu apa? Yang menjagamu siapa? Yang akan membantumu keluar dari traumamu…siapa?

Aku berharap jawaban itu adalah aku, akan tetapi selama ini akulah yang menarikmu ke lubang kehinaan, membuatmu terluka dalam cadas-cadas tajam diujung lembah, kau terpontang-panting terluka karena aku, dirimu retak dan remuk, dan itu semua karena aku.

Apapun yang aku lakukan malah membuat semuanya menjadi memburuk, dan jika aku terus mengeras untuk bertahan bersamamu, apakah kita berdua akan sama-sama mati? Apa hal-hal yang telah kita lakukan bersama tidak akan pernah lagi bermakna, tidak akan pernah lagi berarti?

Kamu mungkin benar, egoku terlalu besar untuk mengalah sehingga besarnya egoku telah membawa kita ke jurang yang salah. Kau mungkin benar bahwa aku salah selama ini, hingga pada saat ini, kita sama-sama hancur, dan sekali lagi, semua itu karena ulahku.

Kini aku juga semakin menyadari bahwasanya buku-buku yang kubaca hanya bisa menciptakan aku lebih berintelegensi, namun soal hati, aku belajar dari arah yang salah. Dan tentunya aku berharap pada suatu titik, kita akan saling memaknai, mengetahui hari ini sebagai suatu sejarah yang dapat kita pelajari. Bukan untuk kamu, namun untuk diri aku sendiri.

Bolehkah kita sama-sama membasuh, membiarkan semua kenangan buruk yang kita miliki hanya menjadi satu garis sejarah yang akan membuat kita kembali utuh. Namun aku terlalu naif, dan hari ini yang aku dapati adalah diri kita yang terpecah belah hingga sulit untuk merekatkannya kembali.

Suatu hari, akan seperti apa?

Aku menanyakan ini untuk diri aku sendiri, dan aku tidak tahu, aku tidak akan pernah tahu hari esok akan menjadi apa, akankah memburuk, atau membaik. Hanya saja yang aku butuhkan sekarang adalah waktu untuk merenung, membutuhkan lebih banyak senja untuk aku tatap dan menutupi diri dibalik horizon.

Namun disini senja begitu mahal, ia tertutupi bangunan-bangunan yang telah dibuat manusia, juga pohon-pohon tua yang menjulang tinggi sehingga dedaunannya membiaskan mentari. Jadi hal yang bisa aku lakukan adalah diam, melihat jam berdetik perlahan-lahan dan menghantarkan diriku pada haribaan waktu.

Aku percaya esok hari akan indah, setiap waktu yang kupelintir saat ini mulai lenyap dan berganti dengan momen yang baru, namun apakah aku boleh positif? Kendati apa yang kutanam hari ini adalah ranjau yang suatu saat nanti bisa kita injak, dan kemudian, kita berdua sama-sama meledak.

Hari ini, aku dan kamu tiada ubahnya suatu hubungan yang meretak dan sebentar lagi akan putus, kita berdua mungkin akan terlempar begitu jauh dan tertampar, kita berdua akan sama-sama tenggelam dalam bahtera yang sama dan menjadi santapa hiu-hiu kenyataan.

Namun jika aku bisa memilih hal yang baik, mungkin, mungkin kita berdua bisa terselamatkan. Aku dan kamu mungkin bisa membuang beban-beban itu, kemudian lubang-lubang itu akan kita sumpal agar kita tidak akan khawatir lagi akan tenggelam, kita berdua…apa kita berdua akan baik-baik saja?

Aku terlalu sering berbohong ya? Atau terlalu banyak menyimpan rahasia. Maafkan aku, aku menganggap semua hal ini sebagai suatu masalah yang kupikir bisa aku selesaikan sendiri dan bisa membuat segalanya lebih baik. Namun ternyata semuanya ampas, sebab apa yang kulakukan lagi-lagi telah menghancurkan kita berdua.

Kalau begitu, mari kita pasrahkan semuanya kepada waktu, entah kemana kita akan dibawa olehnya, apakah menuju kehancuran, ataupun kebaikan. Aku akan mulai memasrahkan semuanya dalam diam, namun perlahan-lahan, dengan tanganku, aku akan merangkai cerita yang baik perlahan-lahan, satu persatu, semoga cerita yang aku rangkai hari bisa menjadi suatu arti di esok hari, hal yang akan mengantarkan kita pada ending yang indah, disaat aku dan kamu saling menatap, pada senja yang mulai menutupi diri di ufuk barat, aku akan berkata.

Ternyata, inilah hikmahnya. 

10 Oktober 2021

Baca Juga    : Jalan-Jalan dan Pulang

Baca Juga    : Tuhan Memang Kejam, Tapi Tidak Sekejam Itu


Posting Komentar untuk " Sama-Sama Hancur"