Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Apakah Akal Manusia Memiliki Batasan?

 

Apakah Akal Manusia Memiliki Batasan?

Tuhan memberikan kita akal untuk berpikir, namun tentu kita harus bertanya kepada diri kita sendiri, apakah akal terbatas? Kita tentu mengetahui bahwa otak kita hanyalah memiliki 2 persen berat dari keseluruhan tubuh kita namun memiliki kemampuan yang sangat dahsyat. Diantara kemampuan itu adalah kemampuan untuk menampung jutaan data dan menebak masa depan.

Namun pertanyaan apakah akal manusia memiliki batasan tentu tidak bisa terjawab hanya dengan fakta tersebut, hal itulah mengapa kali ini Last Question mengangkat tema yang cukup berat disertai bukti-bukti yang bisa dipertanggung jawabkan.


 Bukti-Bukti Otak Tidak Terbatas dan Memiliki Batasan

Apakah Akal Manusia Memiliki Batasan?
Ilustrasi Otak (Gambar dari Pixabay/Gelt Altmann)


Bukti Otak Tidak Terbatas

 

Paul Rebber sendiri mengatakan bahwa otak manusia  dapat mencapai 2,5 petabyte (juga gigabyte) atau setara dengan video recorder televisi yang mampu menyimpan tiga juta jam serial televisi yang membuat kita mampu menghabiskannya hingga 300 tahun[1].  Hal itu sendiri ditulisnya dalam artikel di Scientific American.

Otak bahkan memiliki kemampuan yang disebut neuroplasticity yang biasa dimiliki oleh para tuna netra. Kemampuan ini adalah kemampuan yang membuat otak kita bisa melihat dengan telinga.

Studi dari Proceedings of the National Academy of Sciences pada tahun 2011 membandingkan cara kerja orang dengan penglihatan normal dengan tuna netra dan menemukan perbedaan yang signifikan. 

Hal itu dikarenakan bagian otak yang biasa memproses informasi dan mata terhubung dengan bagian yang menerima informasi dari telinga. Hal ini membuat pendengaran menjadi lebih sensitif.

Memang banyak kemampuan otak yang belum terjamah, karena otak memiliki kemampuan yang sangat besar  dan misterius. Makoto Shichida sendiri dalam bukunya yang berjudul The Mystery of The Right Brain menulis bahwa otak kanan sanggup melakukan pekerjaan ESP yang diantaranya adalah Telepati, Peramalan, Psikometri, Prekrognisi, dan Psikokinesis.

Makoto Shicida bahkan menulis bahwa otak kanan adalah otak intuitif yang mempunyai kekuatan bathiniah serta mampu menerima informasi sebagai getaran kosmik. Otak kanan memiliki kemampuan mistis yang kekuatannya melebihi ruang dan waktu namun sulit dilihat oleh mata telanjang.



Beberapa bukti mengapa Makoto Shicida mengatakan hal ini adalah bahwa seorang wanita (E.I) dari Tokyo mampu melihat masa depan dengan imaji dalam pemikirannya, namun sayang, perempuan itu mendapatkan masalah ketika menceritakannya kepada keluarga dan teman sekelasnya dan menyebut E.I pembohong dan terkena gangguan kejiwaan. Dia bahkan hampir dimasukkan kedalam rumah sakit jiwa.

Bukti lainnya adalah pengalaman dari Kuniyoshi Ikeda, penulis buku Nostradamus Prophecies yang terkenal pernah bercerita bahwa ketika ia belajar di kelas, dinding kelasnya menjadi hilang dan ia bisa mendengar sekaligus menyerap pelajaran yang diberikan pada tiga kelas berbeda secara simultan. Ia selalu mendapatkan nilai tinggi karena mampu memanggil kembali secara visual segala sesuatu yang telah dipelajarinya.

Hal tersebut tentu bisa menjawab bahwa masih banyak kemampuan otak yang belum terjamah, terlebih otak kanan kita aktif pada saat kita masih kecil dan semakin hilang saat otak kiri kita mulai mendominasi. Namun apa itu menjawab apa apa otak memiliki batasan? Kita akan beralih kepada bukti oposisi.

 

Bukti Otak Tidak Terbatas

Baca Juga: Apa Yang Terjadi Setelah Kita Mati?

Bukti Otak Memiliki Batasan

 

Banyak yang mempercayai bahwa manusia saat ini hanya menggunakan 10%  kemampuan dari otaknya, namun sungguh disayangkan, anggapan itu adalah suatu kekeliruan karena dilansir dari Kominfo, sebenarnya manusia menggunakan semua bagian dari otak yang aktif setiap saat meski tidak semua bagian otak bekerja disaat yang bersamaan.

Para peneliti telah menemukan bahwa dalam 24 jam, seluruh bagian otak akan bekerja. Sebab ketika manusia tidur juga otak ikut serta beristirahat, namun tetap ada bagian otak yang tetap aktif, yaitu korteks frontal dimana fungsinya adalah untuk berpikir, menyadari dirinya, dan mengenali lingkungan[2].

Dari hal ini, kita bisa mengatakan bahwa anggapan manusia belum menggunakan 90% otak lainnya adalah suatu kesalahan.

Sebagai manusia, kita tentu akan mengatakan bahwa otak manusia tidak memiliki batasan, juga beranggapan bahwa akal yang diberikan tuhan tentu tidak terbatas karena tuhan memberikan kita pemahaman untuk memahami ciptaan dan kebesaran-Nya.

Bahkan sebagian atheis yang tiada mempercayai tuhan percaya bahwa otak tidak memiliki batasan dan mempercayai bahwa sains akan mampu membuka hal-hal yang diluar nalar manusia. Namun sebagian lagi mempercayai bahwa otak memiliki batasan, karena bila batasan otak dilewati akan terjadi hal yang bernama lunacity, atau bahasa sederhananya, kegilaan.


Faktanya, kita tentu seringkali mendengar banyak manusia yang menjadi gila karena keilmuannya. Bahkan Al-Hikam sendiri adalah salah satu buku yang takut untuk didalami dan dipahami karena dapat membuat gila penelaahnya.

Kegilaan tersebut tentu akibat ketidakmampuan, fisik, rohani, dan otak manusia yang kenyataannya terbatas. Bahkan menurut Kumparan.com, kegilaan yang terjadi saat mempelajari spiritualitas salah satunya adalah karena hilangnya sukma atau tubuh astral dari dalam diri manusia, dan bila orang kehilangan sukma, maka yang akan tersisa hanyalah jasad dan nyawa saja, sementara orang itu tidak lagi mengenali dirinya sendiri[3].

Ketidakmampuan otak juga sebenarnya telah terjadi sejak dulu, bahkan sampai saat ini, perkara zat tuhan tidak pernah ada yang berhasil dan malah berujung pada bipolar disorder. Sama seperti fisik yang bila terus dipaksakan maka akan menyebabkan over-trainning dan pada akhirnya lunglai[4].

Walaupun otak kanan dapat meramal dan melihat masa depan, sampai saat ini pun belum ada yang benar-benar mampu memprediksi kapan kiamat akan terjadi, ramalan seperti 2012 yang sampai diangkat menjadi film pun pada akhirnya menjadi olok-olokkan karena kekeliruannya. Hal ini tentu saja dapat menjadi bukti kalau otak manusia memiliki batasan.

Bukti ketidakmampuan otak antara lain diungkapkan TGH. Hasanain Djuani dalam bukunya yang berjudul LorongKerikil Tuan Guru juga mengungkapkan bahwa di masa lampau, batasan-batasan akal pernah ingin ditembus namun berujung pada kegilaan.

Diantaranya adalah pernah dilakukan oleh Van Goh  yang berkhayal mampu melukis surga dan berakhir pada kegilaan, calon peraih nobel matematika Jhon Forbes Nash. Jr yang hendak menghitung berbagai formula materi melalui rumus kuantum matematika juga pada akhirnya gila, selain itu juga ada Hiraoka Kimitake atau lebih terkenal dengan nama samarannya Yukio Mishima, seorang sastrawan Jepang paling berpengaruh pada abad ke-20 juga pada akhirnya gila karena berkhayal dapat menaikkan semangat patriotisme Jepang menjadi nomor satu di dunia. Yukio Mishima pada akhirnya bunuh diri, atau tepatnya, ia menyuruh murid-muridnya untuk membunuhnya.

Dari hal ini kita bisa menyimpulkan bahwa kita memiliki kadar yang tidak bisa kita lampaui, dan apabila kita memaksa untuk melampaui kadar itu, kita akan mendapatkan konseskuensi yang pedih, yaitu kegilaan dan bahkan bunuh diri.

Kita bisa mengatakan bahwa otak akan terus berevolusi seiring dengan kemajuan tekhnologi dan sains. Namun dapatkah manusia menembus pengetahuan itu tanpa terjadi kegilaan ataupun bunuh diri? Hanya waktu yang akan menjawabnya.

Bukti Otak Memiliki Batasan


“Apakah Otak Tidak Terbatas? Atau Kita Yang Tidak Mengetahui Batasannya?”-LastQuestion

 

Kesimpulan:

Manusia pada hakikatnya adalah makhluk hidup yang berakal dan selalu mengedepankan akalnya. Namun pertanyaan apakah otak memiliki batasan tetaplah menjadi suatu perdebatan yang seru dan saling tentang antara satu dengan yang lainnya.

Makoto Shichida percaya bahwa otak kanan sanggup menembus ruang dan waktu, namun dapatkah otak kanan melampaui batasan akal manusia? Hal itu masih menjadi misteri. Bahkan sampai saat ini, walaupun otak kanan dianggap mampu untuk meramal, belum ada satupun yang mampu menjawab kapan akhir dari dunia, karena itu adalah suatu perkara ghaib.

Untuk para atheis, mungkin sebagian dari mereka akan mengatakan bahwa otak tidak terbatas, dan sebagian lagi tidak. Begitupula dengan para agamawan. Namun pada akhirnya pertentangan ini hanya membuat kita berada pada suatu kesimpulan dimana manusia masih memiliki ketidaktahuan akan perkara-perkara metafisik (ghaib), yang pada akhirnya hanya sanggup dijawab oleh waktu.

Semoga ini membuat anda mengetahui apakah akal manusia memiliki batasan atau tidak.


Referensi: 


[4] Lorong Kerikil Tuan Guru Karya TGH. Hasanain Djuani, Lembaga Pengkajian-Publikasi Islam dan Masyarakat (Leppim) IAIN Mataram. Cet. Pertama, hal. 71

[5] Misteri Otak Kanan, Mengungkap Misteri Otak Kanan Untuk Membuat Anak  Jadi Genius, Makoto Shichida , Ed. D, PT Elex Media Komputindo, Cetakan Ketiga hal. 2

Posting Komentar untuk "Apakah Akal Manusia Memiliki Batasan?"