Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Study Case Demo Dikala Pandemi dan Otakku Yang Mengarah Kemana

Study Case Demo Dikala Pandemi

Kali ini bukan kopi melainkan sebuah gelas air gula hangat yang menemani saya menulis artikel ini, dan mengapa artikel ini dimuali dengan kata yang bukan langsung ke inti adalah karena saya juga tidak tahu harus menulis apa, saya telah berpikir cukup lama namun alih-alih menemukan ide untuk dibahas saya malah menemukan batuk berdahak saya semakin parah kian menitnya.

Tangan saya terjulur pada gelas itu dan memegangi bagian atas gelasnya yang tidak panas, perlahan saya mendekatkan kepala gelas menuju bibir saya dan meminumnya dengan perlahan. Segera cairan hangat itu melompat kedalam tenggorokan kemudian berseluncur sampai ke lambung. ah..lega.

Setelah air gula itu habis saya kemudian beranjak dari kursi untuk mengambil sisa air pada teko yang masih terletak diatas kompor, disampingnya sebuah panci membubuhkan asap-asap pada udara yang segera keluar dari jendela. Saya curiga itu apa, apakah kolak atau adakah makanan yang sedang dibuat oleh keluarga saya? Dan ternyata itu adalah ubi rebus yang kini matang, pantas mata apinya telah dimatikan semenjak tadi.

Kini asap-asap itu masih membubuh dan keluar dari jendela dapur. Jika kita tetap melihatnya kita akan menemukan asap tersebut memudar diantara udara-udara pada bulan Agustus yang dingin dan mencekam. Banyak orang yang sakit gara-gara udara ini dan saya bersyukur dapat terbebas dari penyakit demam, panas, batuk, pilek, yang tidak ubahnya seperti Corona. Saya mempercayai bahwa jika saya nekat vaksin saya akan menemukan orang-orang dengan perlengkapan kesehatan akan memburu saya dan memasukkan saya dalam golongan manusia terkena Covid-19.

Hari ini adalah hari yang aneh menurut saya, teman saya terkena racun di kosannya, yang satu lagi pengen bunuh diri, yang satu lagi tidak tahu menangis karena apa karena tiba-tiba menghilang di chatan WhatsApp. Dan bahkan sampai paragraf ini saya masih tidak tahu harus menulis apa, semua hal itu seolah mengambang diatas ubun-ubun kepala saya dan menghalangi ide-ide lain untuk masuk.

Tentu banyak pertanyaan yang belum terjawab dan ada banyak permasalahan yang belum juga terselesaikan, apa mungkin karena otak saya butuh refreshing? Ingin gabut sejenak dengan mengaktifkan imajinasi terpendam yang ia miliki? Ah, saya juga bingung, tapi artikel ini tentunya harus sampai di publish hari ini karena saya tidak sempat tadi pagi.

Baiklah, mungkin sudah cukup basa basinya dari saya dan mungkin saya semestinya menyusun sebuah hal untuk kita bahas, berhubung PPKM semakin diperpanjang dan menyebabkan banyak masyarakat tidak terima, kita mendapatkan sebuah fakta bahwa demo pada pemerintah juga dapat menciptakan Corona melompat dari tubuh manusia yang satu, tinggal, kemudian melompat ke tubuh lainnya.

Kita tentunya menemukan fakta bahwa penyebaran hal itu bisa terjadi dengan cepat, bahkan dalam hitungan mili detik. Kita sebagai umat manusia sedang melawan suatu hal yang tidak kasat, makhluk yang kita sebut virus ini bisa ada dimana saja, entah di udara atau mungkin melekat pada benda-benda yang terkena oleh batuk pemilik virus itu sendiri.

Permasalahannya adalah virus adalah suatu hal yang tidak bisa dijangkau oleh mata biasa, jadi banyak juga orang-orang yang tidak mempercayai akan hal ini, mereka beranggapan bahwa Corona adalah konspirasi dan hanyalah rekaan, banyak media massa yang terlalu menakut-nakuti masyarakat agar terus mempercayai akan adanya covid, padahal awal kemunculannya covid dikatakan sebagai sebuah virus yang tidak berbahaya, dan kemudian media massa memberikan berita-berita menakutkan tentang virus ini.

Padahal virus ini bukanlah konspirasi, virus ini benar adanya, ia ada disekitar kita dan tanpa kita sadari masuk kedalam tubuh kita melalui hidung, bermutasi kemudian menjatuhkan imun yang kita miliki sehingga kita tidak ada bedanya dengan kuda yang siap menunggu ajalnya.

Memang masih menjadi misteri apakah hal ini hanyalah wabah atau ada manusia yang menjadikan ini senjata biologi untuk menjatuhkan umat manusia, banyak yang mengaitkan ini dengan flu Spanyol yang telah terjadi, namun bagi saya apakah ini hanyalah sekedar wabah atau sekedar konspirasi saya kembalikan kepada pemikiran kita masing-masing.

Lalu kembali kepada study case nya, apakah demo dikala pandemi dan menuntut suatu instansi untuk dicopot pangkatnya mampu memperbaiki permasalahan covid di negeri ini? Tentu tidak, malah saya berpikir demo tersebut hanya akan menyebabkan reaksi mutasi baru karena adanya kerumunan pada demo itu.

Namun kembali lagi, demo adalah lambang demokrasi, sebuah simbol bahwa masyarakat muak akan penanggulangan covid yang terus menerus gagal. Masyarakat mau gerakan yang pasti, mereka berbicara untuk orang-orang miskin yang menjadi imbas dari segala permasalahan yang terjadi, karena sedari dulu orang miskinlah yang paling kena imbas dari hal ini, mereka terhimpit oleh sebuah dilema dimana mereka diam maka mereka akan mati, dan mereka keluar mereka juga akan mati.

Sementara itu perut-perut mereka meronta untuk mendapatkan makanan, ada anak dirumah yang butuh asupan primer, entah itu biaya sekolah dan lain-lain, dan tentunya mereka tidak tahu harus mengadu ke siapa sebab bahkan dana untuk Corona telah dikorupsi terlebih dahulu. Bahkan ketika bansos itu ada banyak juga makanan yang diberikan adalah makanan yang tidak layak. Akhirnya masyarakat semakin terhimpit atas suatu dilema dimana mereka tidak mampu berbuat apa-apa.

Memang ini menyedihkan, ada jutaan orang indonesia diluar sana yang kelaparan, ribuan karyawan di PHK dan tidak tahu harus bergantung lagi kepada siapa, hal ini tentunya memicu tingginya kriminalitas dimana manusia-manusia yang tidak tahu harus berbuat apa pada akhirnya menjadi seekor nyamuk yang menantang maut, dan pada akhirnya mati atas apa yang mereka perbuat.

PPKM dan Dampaknya
Source: Whatsapp Image


Covid-19 adalah ajang kita untuk menjadi manusia, sudah, lupakan egomu untuk membeli barang-barang mewah itu, untuk saat ini mereka membutuhkan uluran tanganmu. Jika ada yang ekonominya lebih rendah, datangilah, semua menjadi asing selepas corona ini tiba, manusia menjadi begitu berjarak, dan terkadang menjadi begitu egois sampai memikirkan diri sendiri.

Mereka, manusia-manusia kalangan bawah membutuhkan tangan kalian agar terus hidup sebab ada dan selepas perginya corona ini kehidupan mereka tidak akan pernah lagi sama. Mereka akan selamanya membutuhkan tangan kita sampai mereka mampu hidup untuk diri mereka sendiri. Maka dari itu, jika memang ada rezeki lebih maka tidak ada ruginya memberikan orang lain bagian daripada kita, dan semoga tuhan menggantinya dengan lebih baik.

 

Baca Juga: Monkey Donkey dan Paradoks Umat Manusia

Baca Juga: Ketika Theis Lebih Atheis Daripada Atheis Itu Sendiri

Posting Komentar untuk "Study Case Demo Dikala Pandemi dan Otakku Yang Mengarah Kemana"